PENALARAN
1.
Pengertian
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
2. Proposisi
Proposisi adalah “pernyataan dalam
bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau
salah, dan tidak boleh kedua-duanya”. Maksud kedua-duanya
ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2
pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Kalimat Proposisi
Kalimat Proposisi adalah suatu kalimat (sentence) yang memiliki nilai kebenaran (truth value) benar (true), dengan notasi T atau dalam sirkuit digital disimbolkan dengan 1, atau nilai kebenaran salah (false) dengan notasi F atau 0 tetapi tidak kedua-duanya. Nama lain proposisi adalah kalimat deklaratif. Jenis-jenis proposisi, yaitu :
Kalimat Proposisi adalah suatu kalimat (sentence) yang memiliki nilai kebenaran (truth value) benar (true), dengan notasi T atau dalam sirkuit digital disimbolkan dengan 1, atau nilai kebenaran salah (false) dengan notasi F atau 0 tetapi tidak kedua-duanya. Nama lain proposisi adalah kalimat deklaratif. Jenis-jenis proposisi, yaitu :
1. Bentuk
Dibagi
menjadi 2, yaitu :
a.
Tunggal : kalimat yang terdiri dari 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Habibie terjatuh.
Richard
pergi.
b.
Majemuk : Kalimat Proporsisi yang terdiri dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat.
Contoh :
Doni menaiki tangga dan membaca Koran.
Rian
memasak di dapur dan menyuapi anaknya.
2. Sifat
Dibagi menjadi 3, yaitu :
a.
Kategorial : proporsisi hubungan antara subjek dan predikatnya tidak ada
syarat apapun.
Contoh : Semua bangku di kelas 3ka02 berwarna hitam.
b.
Kondisional : proporsisi yang hubungannya subjek dan predikat membutuhkan persyaratan
tertentu. Biasanya diawali :jika, apabila, walaupun, seandainya.
Contoh : Jika susi wanita maka akan menikah dengan
Rudi.
~ Kondisional dibagi menjadi 2, yaitu :
Hipotesis
Contoh : Jika susi rajin belajar maka dia akan pintar.
~ Disjungtif yaitu memiliki 2 predikat dan predikatnya
alternatif.
Contoh : Wanita itu sudah menikah apa
belum.
3. Kualitas ,yang
terdiri dari :
– Afirmatif (+) : Proporsisi dimana predikatnya membenarkan subjek.
Contoh : Semua kucing pasti mempunyai ekor.
– Negatif (-) : Proporsisi dimana predikatnya menolak subjek.
Contoh : Tidak ada kucing yang tidak memiliki ekor.
4.
Proporsisi Universal : Proporsisi yang
predikatnya mendukung atau mengingkari subjeknya.
Contoh : Tidak ada satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM
3.
Inferensia dan Implikasi
Interferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Inferensi Merupakan suatu proses untuk menghasilkan
informasi dari fakta yang diketahui.
Inferensi adalah konklusi logis atau implikasi
berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi
dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference engine. Ketika
representasi pengetahaun pada bagian knowledge base telah lengkap, atau
paling tidak telah berada pada level yang cukup akurat, maka representasi
pengetahuan tersebut telah siap digunakan.
Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka
udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga
tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di
atas kita tulis sebagai:
“Bila
matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang
waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari
bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari
bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara
tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau
matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu
dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan
syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya
bila matahari bersinar.
4. Wujud Evidensi
Pada hakikatnya evidensi adalah semua yang ada
semua kesaksian,semua informasi,atau autoritas yang dihubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran, fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur adukan dengan apa yang di kenal sebagai pernyataan atau penegasan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi.
Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di
peroleh dari suatu sumber tertentu.
5.
Cara Menguji Data
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di
gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan
untuk pengujian tersebut.
a.Observasi
b.Kesaksian
c.Autoritas
6.
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta,maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut
baru merupakan penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
a.Konsistensi
b.Koherensi
7.
Cara Menilai Otoritas
Apa yang harus dilakukan bila seseorang sedang menghadapi kenyataan bahwa
pendapat berbagai autoritas itu berbeda? Yang dapat dilakukan adalah
membandingkan autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat tersebut untuk
menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu
autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sebagai berikut.
a. Tidak Mengandung Prasangka
Tidak mengandung prasangka artinya pendapat disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada
hasil eksperimen yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka yaitu
autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data eksperimennya.
Untuk mengetahui apakah autoritas tidak memperoleh
keuntungan pribadi dari pendapat atau kesimpulannya, penulis harus
memperhatikan apakah autoritas mempunyai interes yang khusus; apakah dia
berafiliasi dengan sebuah ideologi yang menyebabkan selalu condong kepada
ideologi. Bila faktor itu mempengaruhi autoritas maka pendapatnya dianggap
suatu pendapat yang objektif.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan
autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang
diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli.
Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi
hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti
apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya
sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Apakah ahli menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan
autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan
pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis
benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan
berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis
kurang menyiapkan diri.
BERFIKIR INDUKTIF
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak
dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan
mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi
diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman,
observasi, wawancara atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen,
statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial,
ekonomi, atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang
membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan, atau perasaan tertentu.
Contoh :
Pemuda-pemuda
yang sangat radikal tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah memperoleh
harta dan kekuasaan.
Tiga cara
pengujian untuk menentukan generalisasi:
a. Menambah jumlah kasus yang di uji, juga
dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan
kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai probabilitas ).
b. Hendaknya melihat adakah sample yang
di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c. Apabila ada kekecualian, apakah juga
di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?
2.
Hipotese dan Teori
Hipotesa adalah sebuah Informasi
yang masih belum teruji kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang
tepat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Hipotese (hypo : di bawah, tithenai :
menempatkan) adalah semacam teori yang diterima sementara waktu untuk
menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun untuk meneliti fakta lebih
lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara
relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah
azas – azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang –
kurangnya data dipercaya untuk menerangkan fenomena – fenomena yang ada.
Hipotese merupakan suatu dugan yang bersifat sementara mengenai sebab –sebab
atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang
telah di uji dan yang dapat diterapkan pada fenomena – fenomena yang relevan
atau sejenis.
Dengan demikian, walaupun hipotese
merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu
hipotese itu dapat ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan
atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi
adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk merumuskan sebuah
hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan berikut :
1. Secara
maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak evidensi yang
digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri kuantitatif).
2. Bila tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang tidak
mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana daripada yang
rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian ,apakah harus
mengatakan bahwa ia tidak lulus karena tidak belajar dan tidak menguasai
pelajarannya, atau karena para dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga
member nilai yang menjatuhkannya?
3. Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman
manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan (prinsipkohorensi)
4. Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta – fakta yang membentuknya, tetapi
juga harus menjelaskan juga fakta – fakta lain sejenis yang belum di selidiki.
Hubungan Hipotese dan Teori
Hipotesis
ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif
atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis
proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel
yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan
dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori
dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan
hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan
hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada
hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk
menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan
hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah
yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif
peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji
hipotesis yang diturunkan dari teori.
3. Analogi
Analogi dilakukan karena sesuatu yang dibandingkan dengan
pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang
dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih
mudah dicerna. Analogi yang dimaksud disini adalah analogi induktif atau
analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki
kesamaan untuk menarik ebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini
adalah sebuah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan
menyiratkan “apa yang berlaku pada suatu hal akan berlaku pula untuk hal
lainnya” dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok
atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang danalogikan.
Contoh :
Dr. Maria C. Diamind tertarik untuk meneliti pengaruh pil
kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebal cortex yang sangat rendah dibandingkan
dengan tikus-tikus lain yang tidak diinjeksi. Berdasarkan studi tiu, Dr.
Diamond seorang profesor antomi dari University of California menyimpulkan
bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
Dari contoh di atas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada manusia.
Dari contoh di atas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada manusia.
4. Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan
atau ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permasalahan.
Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau
sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum
mengalami akibat.
Menurut hukum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini
terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang
muncul tanpa penyebab. Pertama, satu atau beberapa gejala yang timbul dapat
berperan sebagai sebab akibat, atau sekaligus sebagai akibat didasari gejala
sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang
terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih, dan menghasilkan satu
akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya ketika seorang ibu melihat awan menggantung, ia segera
memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakan itu terdorong oleh
pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) pertanda akan turun hujan (akibat).
Hujan (sebab) akan menjadikan yang dijemurnya basah (akibat).
5. Induksi dalam Metode Eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan
topik/tema
• Menetapkan
tujuan
• Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
• Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
•
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar